Hakikat / Haqiqat / Hakekat
Hakikat (Haqiqat) adalah kata benda yang berarti kebenaran atau yang benar-benar ada. Kata ini berasal dari kata pokok hak (al-Haq), yang berarti milik (kepunyaan) atau benar (kebenaran). kata Haq, secara khusus oleh orang-orang sufi sering digunakan sebagai istilah untuk Allah, sebagai pokok (sumber) dari segala kebenaran, sedangkan yang berlawanan dengan itu semuanya disebut batil (yang tidak benar). Dalam ilmu tasawuf, hakikat merupakan salah satu bagian (tingkat) dari empat tingkatan ilmu: syariat, tarekat, makrifat dan bakikat. Syariat, sebagai ilmu yang paling awal, mempelajari tentang amal ibadat dan muamalat secara lahir. Tarekat, sebagai ilmu kedua, mempelajari tentang latihan-latihan rohani dan jasmani yang dilakukan sekelompok umat Islam (para sufi) menurut ajaran-ajaran tertentu, yang tujuan pokoknya adalah untuk mempertebal iman dalam hati para pengikutnya, sehingga tidak ada lagi yang lebih indah dan dicintai selain daripada Allah.
Makrifat, sebagai tingkat ketiga, mempelajari tentang bagaimana mengetahui sesuatu dengan seyakin-yakinnya. Makrifat yang dimaksud di sini, adalah ma`rifatullah (mengenal Allah) baik zat-Nya, sifat-Nya maupun asma-Nya. Hakikat, sebagai tingkat terakhir dan lanjutan dari makrifat, berusaha menunjukkan basil dari makrifat itu ke dalam wujud yang sebenar-benarnya, atau pada tingkat kebenaran yang paling tinggi. Hakikat itu baru akan dicapai sesudah seseorang memperoleh makrifat yang sebenarbenarnya.
Dan hakikat ini, hanya dapat dicapai dalam keadaan fana (hilangnya kesadaran diri dan alam sekelilingnya), karena hanya dalam keadaan yang demikianlah terbuka dan tersingkapnya tirai penutup yang merintangi seorang hamba dengan Tuhannya (kasyf al-mahjub). Dengan demikian, hakikat merupakan puncak dari basil yang dicapai kaum sufi dalam usaha pendakian spiritual melalui tarekatnya.
Dan biasanya, seorang sufi yang telah mencapai ma`rifatullah yang hakiki disebut ahli hakikat(ahlu al-Haqiqah) Menurut Ibnu Arabi, hakikat wujud ini adalah satu dalam jauhar dan zatnya, tetapi berbilang dalam sifat dan asmanya. Selanjutnya ia mengatakan: “Manakala engkau meninjau dari sudut zat-Nya, engkau akan berkata, itulah Haq. Dan apabila engkau meninjau dari sudut sifat dan asma-Nya, dari sudut terjadinya segala sesuatu yang mumkinat, niscaya engkau berkata, itulah makhluk atau alam” Hakikat juga dapat berarti ungkapan yang digunakan untuk menunjukkan maknanya yang pertama (makna yang sebenarnya), kebalikan dari ungkapan majas (metafor). Akan tetapi ada beberapa ungkapan majaz yang sudah sering digunakan, sehingga menjadi semacam konvensi, majaz seperti ini dapat disebut sebagai hakikat secara adat kebiasaan (haqiqat al-`urfiyat).
Belum ada tanggapan untuk "HAKIKAT / HAQIQAT / HAKEKAT"
Posting Komentar